Drs.
KH. Muhammad Zubaidi Muslich dilahirkan di desa Parijatah Kulon, Dusun Melik,
Kecamatan Serono, Kabupaten Banyuwangi, pada tanggal 1 Juni 1942. Beliau dilahirkan
dalam lingkungan keluarga yang taat beragama dan memiliki semangat juang yang
tinggi untuk menegakkan kebenaran dan menyebarkan agama Allah SWT.
|
1.
Asal-usul
a.
Jalur keturunan dari ayah
Asal-usul Drs. KH. M. Zubaidi Muslich dari jalur
keturunan ayah ini dapat diketahui sampai pada buyut beliau. Yang mana leluhur
beliau adalah golongan orang-orang yang fanatik dalam masalah agama, baik di
lingkungan keluarga sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Keluarga besar ini
hampir seluruhnya adalah pemuka-pemuka agama atau berprofesi sebagai guru
agama. Seperti halnya ayah beliau yang dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren
Hidayatul Muta’alimin (tahun 1935).
Secara kronologis jalur dari sang ayah ini diawali
dari buyut beliau yang bernama KH. Muhammad, beliau dikenal sebagai pemuka
agama sekaligus pengajar yang dihormati dan ditaati oleh masyarakat. KH.
Muhammad mempunyai anak bernama KH. Hanafi. Pada perkembangan selanjutnya KH.
Hanafi lah yang kemudian meneruskan estafet perjuangan ayahnya, yaitu dalam
membimbing, membina dan mengarahkan masyarakat pada kehidupan yang agamis.
Kemudian KH. Hanafi mempunyai keturunan bernama KH. Muslich, yaitu ayah dari
Drs. KH. M. Zubaidi Muslich. Mengikuti jejak ayah dan kakeknya, KH. Muslich
juga dikenal sebagai orang yang disegani masyarakat dan pendiri dari Pondok
Pesantren Hidayatul Muta’alimin.
Pada awalnya Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin
hanya sebuah padepokan dan tempat ibadah yang digunakan oleh KH. Muslich
sebagai tempat mengaji dan mengajar agama untuk masyarakat setempat. Karena
hari demi hari, bulan bahkan tahun demi tahun santri yang mengaji semakin
bertambah. KH. Muslich bertekad dan berusaha mendirikan Pondok Pesantren untuk
menampung santri-santri yang rumahnya jauh
Sebagai tokoh masyarakat dan pengasuh Pondok
Pesantren, beliau mempunyai cita-cita agar Pondok Pesantren yang didirikannya
dapat berkembang dan diteruskan oleh putra putrinya. Maka beliau memondokkan
putra-putrinya agar mereka dapat menjadi kader-kader penerus perjuangannya
dalam menegakkan dan menyebarkan agama Islam di masyarakat.
b.
Jalur keturunan dari ibu
Asal-usul Drs. KH. M. Zubaidi Muslich dari jalur ibu
ini sampai pada Pangeran Diponegoro bahkan ada percampuran dengan orang bugis,
hanya saja beliau mengetahuinya sampai buyut saja.
Drs. K.H. M. Zubaidi Muslich mempunyai buyut bernama
Sudarso. Beliau adalah orang yang sangat disegani dan terpandang karena beliau
adalah tokoh dan pengajar di kalangan masyarakat. Beliau mempunyai anak bernama
H. Toyyib. Sebagai seorang anak dari tokoh agama, ia sangat diperhatikan sekali
masalah pendidikan agamanya, sehingga kelak ia menjadi anak yang sholeh dan
menjadi penerus perjuangan ayahnya. Dari pendidikan agama yang diperolehnya dari
ayah dan guru-guru beliau di Pondok Pesantren beliau tampil sebagai guru agama
dan tokoh masyarakat. Dan satu hal lagi yang ada pada diri beliau, yaitu beliau
memiliki keahlian dibidang ilmu kanuragan hanya saja tidak banyak orang yang
tahu. Dari perkawinannya baliau mempunyai seorang putri bernama Hj. Walijah,
yaitu ibunda Drs. K.H Zubaidi dan saudara-saudara kandung yang berjumlah 7
orang. diantara urut-urutan putra-putri dari pari perkawinan K.H. Muslich
dengan Hj. Siti Walijah ini, yaitu :
1. Na’imah.
2. KH. Nizar, beliau adalah pengasuh Pondok
Pesantren Hidayatul Muta’alimin dan pensiunan kepala KUA Banyuwangi.
3. Zarkasyi (Alm), beliau adalah seorang guru agama.
4. Drs. KH. M. Zubaidi Muslich, beliau adalah
pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam Jombang.
5. Drs. KH. Baidlowi Muslich, beliau adalah pengasuh
Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading, Malang dan menjabat sebagai
Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Malang.
6. Hunainah.
7. Muhtarom.
Dilihat dari kedua jalur keturunan ini, KH. M.
Zubaidi Muslich adalah sosok yang dibesarkan dari lingkungan keluarga yang
berjiwa juang dalam hal menegakkan dan menyiarkan agama Islam, baik mereka yang
berkiprah di dunia pendidikan, pesantren, masyarakat maupun di lembaga-lembaga
pendidikan formal.
2.
Latar belakang pendidikan
a.
Pendidikan Formal
Diantara pendidikan formal yang pernah beliau
tempuh, yaitu:
1. Sekolah Rakyat (SR), pada tahun 1952
2. Setelah lulus dari sekolah rakyat beliau
melanjutkan ke Sekolah Keguruan atau Pendidikan Guru Agama, pada tahun 1957
3. Setelah lulus dari sekolah keguruan, beliau
melanjutkan ke Madrasah Aliyah Tebuireng-Jombang, pada tahun 1962
4. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah, beliau
melanjutkan kuliah di UNHASY (Universitas Hasyim Asy’ari, sekarang IKAHA atau I
nstitut KeIslaman Hasyim Asy’ari), pada tahun
1966-1971 dengan menyandang gelar sarjana muda.
5. Beliau kemudian mengikuti program kuliah Doktoral
sebagai kelanjutan untuk mencapai kesarjanaan lengkap, pada tahun1989
dan berhasil diselesaikan pada tahun 1993.
b.
Pendidikan Non-Formal
Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa lingkungan
keluarga Drs. KH. M. Zubaidi Muslich adalah lingkungan keluarga yang kental
dengan nilai-nilai Islam, maka tidak mengherankan jika pendidikan agama telah
diperolehnya sejak kecil, yaitu di lingkungan keluarga ataupun lembaga-lembaga
pengajian. Setelah beliau mencapai usia sekolah, beliau belajar di Sekolah
Rakyat (SR) dan tamat, sang ayah kemudian mengirimnya kelembaga-lembaga
pendidikan Islam terutama pondok pesantren. Di antara lembaga pendidikan Islam
non-formal/pondok pesantren tersebut adalah :
1. Pondok Pesantren Pekauman (Banyuwangi Kota), dari
tahun 1957-1960. Beberapa tahun beliau di pondok pesantren ini,
beliau merasa ilmu yang diperolehnya belum cukup
kemudian beliau meneruskan ke pondok pesantren yang lain.
2. Pondok Pesantren Bustanul Ma’mur (Genteng
Banyuwangi), pada tahun 1961.
3. Pondok Pesantren Tebuireng (Jombang) pada tahun
1962-1964.
4. Pondok Pesantren Lasem-Rembang (Kyai Ma’sum) pada
tahun 1964.
5. Pondok Pesantren Tretek-Pare (Kediri), pada tahun
1965. Di Pesantren tersebut beliau khusus mengaji dan
mengkhatamkan Kitab Ihyaa Ulumuddin dan Shoheh
Bukhori.
6. Pondok Pesantren Seblak Jombang, pada tahun
1966-1971.
c.
Para Guru Drs. KH. M. Zubaidi Muslich
Guru-guru beliau di antaranya adalah:
1. KH. Masdullah, Kyai Harus, Kyai Suhini, Kyai
Nawawi, Kyai Syarifuddin, Kyai Abdillah. Kesemuanya
adalah guru-guru yang mengajar selama beliau belajar
di Pondok Pesantren Pekauman (Banyuwangi).
2. KH. Junaidi, beliau adalah guru Drs. KH. M.
Zubaidi Muslich selama belajar di Pondok Pesantren Bustanul Ma’mur (Genteng
Banyuwangi).
3. KH. Adlan Aly (alm), KH. Syamsuri, KH. Shobari,
KH. Abdul Fatah, KH. Samsu, semua ini adalah guru-guru beliau semasa beliau di
Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
4. KH. Mbah Ma’sum, beliau adalah guru Drs. KH. M.
Zubaidi Muslich ketika di Pondok Pesantren Lasem Rembang.
Dan diantara guru-guru beliau yang lainnya adalah
KH. Usman Mansur, KH. Mahfud Anwar, KH. Kholil dan Prof. Tengku Ismail Yaqul
(alm), serta masih banyak lagi yang tidak dapat sebutkan keseluruhannya.
Setelah beliau menyelesaikan pendidikannya, baik
pendidikan formal maupun pendidikan non-formal/pondok pesentren, beliau
memutuskan untuk berumah tangga. Pada tahun 1972 beliau melepas masa lajangnya
dan memperistri Ibu Nyai Hj. Asmah yang berasal dari Jakarta. Keluarga baru ini
selanjutnya bertempat tinggal di desa Kwaron.
3.
Pengalaman Perjuangan
a.
Sebagai Guru Agama dan Dosen.
Drs. KH. M. Zubaidi Muslich memulai karirnya sebagai
pengajar dan pendidik pada tahun 1966 di Madrasah Tsanawiyah Seblak dengan
bidang studi literatur buku atau kitab kuning. Beliau diangkat dan percaya
langsung oleh Ibu Nyai Hj. Khairiyah Hasyim (almarhumah). Pada tahun yang sama
beliau masih menyelesaikan program sarjana muda di Universitas Hasyim Asy’ari
–Tebuireng, Jombang .
Pada tahun 1968 beliau di angkat menjadi Kepala
Sekolah di madrasah yang sama. Karena keberhasilan dan didekasi beliau yang
tinggi dalam memimpin madrasah. Pada tahun 1970, beliau diberi kepercayaan dan
diangkat menjadi Kepala Sekolah Madrasah Aliyah.
Selain mengajar dan menjadi Kepala Sekolah di
Madrasah Aliyah Seblak, beliau juga menjadi tenaga pengajar di Madrasah Aliyah
Tebuireng dan dosen tetap di Institut Keislaman Hasyim Asy’ari di Fakultas
Tarbiyah. Pada dasarnya untuk menjadi tenaga pengajar bukanlah hal yang mudah
karena seseorang harus mempunyai pengetahuan baik dalam bidang agama maupun
dalam bidang pengetahuan umum yang benar-benar mumpuni atau luas wawasan. Jika
seseorang ingin menjadi guru agama di madrasah dengan kurikulum mayoritas
memakai kitab-kitab kuning, paling tidakseseorang harus menguasai atau paham
akan kitab-kitab Islam klasik.
Kemampuan seperti ini telah dimiliki oleh Drs. KH.
M. Zubaidi Muslich, karena sejak kecil beliau berada dalam lingkungan yang
agamis yang penuh dengan gemblengan ajaran agama dan didukung pula dengan
kehidupan pendidikan pondok pesantren. Maka tidak heran jika beliau cukup
menguasai kitab-kitab Islam klasik dan dipercayai untuk mengajar di lembaga-lembaga
pendidikan formal yang mayoritas kurikulumnya menggunakan kitab-kitab Islam
klasik. Sampai sekarang beliau masih menjadi pengajar di beberapa lembaga
pendidikan formal.
b.
Sebagai Juru Dakwah
Aktifitas Drs. KH. M. Zubaidi Muslich selain dalam
bidang pendidikan, beliau juga aktif dalam bidang dakwah Islamiyah. Kegiatan
dakwah ini sudah dilakukannya sejak menetap di desa Kwaron Diwek Jombang, baik
berupa ceramah maupun pengajian-pengajian rutin. Sampai saat ini beliau masih
mengajar di desa tersebut dan tempat-tempat yang lain.
Di antara aktifitas dakwah beliau adalah :
1. Memberikan pengajian-pengajian rutin, yaitu pada
setiap hari Kamis, pengajian ini khusus di masyarakat.
2. Memberikan ceramah-ceramah, baik pada hari-hari
besar Islam yang di selenggarakan oleh masyarakat dan pondok pesantren
maupun ceramah atas untuk undangan dari orang lain.
Setelah sekian tahun beliau dan keluarga menetap di
desa Kwaron, beliau hijrah ke desa Jatirejo yang kelak merupakan cikal-bakal
berdirinya Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam (MMH). Pada masa awal beliau tinggal
di desa Jatirejo ini, kondisi kehidupan keagamaannya masih sangat kurang,
sehingga beliau tergerak untuk melakukan dakwah dan pemantapan keagamaan
masyarakat Jatirejo, yaitu dengan cara dakwah bil lisan, dakwah bil fi’li dan
dakwah bil hal. Beliau mengadakan pengajian-pengajian dan ceramah-ceramah pada
setiap kesempatan dan ketika ada acara-acara yang diselengarakan oleh
masyarakat.
Hingga saat ini beliau masih konsisten melakukan
dakwah Islam di masyarakat. Semua ini karena didasari oleh ruhul jihad yang
tertanam dalam jiwa beliau sejak belia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar