Nama
lengkapnya Muhammad Mahfudz bin Abdullah At-Tarmasi. Populer disebut Syekh
Mahfudz Tremas. Dialah ulama Jawa paling berpengaruh pada zamannya. Syaikh
Muhammad Mahfuz Termas lahir di Termas, Pacitan, Jawa Timur, pada 12 Jumadil
Ula 1285 H/31 Agustus 1868 M, dan bermukim di Mekah sampai beliau wafat pada
1 Rajab 1338 H/ 20 Mei 1920 M. Mahfudz amat berjasa dalam memperluas cakupan
ilmu-ilmu yang di pelajari di pesantren-pesantren di Jawa, termasuk hadis dan
ushul fiqh.
|
Pengembaraan IntelektualUntuk mengetahui sejarah
pendidikannya, guru dan ilmu-ilmu yang dipelajari oleh Syaikh Muhammad Mahfuz Termas
tidaklah terlalu sulit, karena sejarah hidup beliau dapat ditemukan dalam
karya-karya beliau. Dalam Kitab Muhibah zil Fadhli jilid ke-4 yang merupakan
salah satu karya beliau,
dikatakan bahwa beliau pada masa mudanya banyak
menimba ilmu kepada ayahnya sendiri, Syaikh Abdullah bin Abdul Mannan
at-Tarmasi. Dari ayahnya beliau mempelajari Syarh al-Ghayah li Ibni Qasim
al-Ghuzza, al-Manhaj al-Qawim, Fat-h al-Mu’in, Fath al-Wahhab, Syarh Syarqawi
`ala al-Hikam dan sebagian Tafsir al-Jalalain hingga sampai Surah Yunus.
Merasa haus akan ilmu dan setelah banyak belajar
kepada ayahnya, Syeikh Muhammad Mahfuz Termas kemudian memilih merantau ke
Semarang untuk belajar kepada Kyai Muhammad Saleh Darat. Di bawah bimbingan
Kyai Saleh Darat ini, beliau mempelajari Syarh al-Hikam (dua kali khatam),
Tafsir al-Jalalain (dua kali hatam), Syarh al-Mardini dan Wasilah ath-Thullab
(falak)
Setelah beberapa tahun dalam bimbingan Kyai Saleh
Darat. Syaikh Muhammad Mahfuz Termas meneruskan pengembaraan ilmunya ke Mekah.
Di negara kelahiran Nabi Muhammad ini, beliau berguru kepada para ulama
terkemuka, diantaranya adalah Syaikh Ahmad al-Minsyawi, dari ulama’ ini, beliau
belajar Qira'ah Ashim dan tajwid, sebagian Syarh Ibni al-Qashih ala
asy-Syathibiyah. Dalam waktu yang bersamaan, beliau juga belajar kepada Syeikh
Umar bin Barakat asy-Syami, dengan mempelajari Syarh Syuzur az-Zahab li Ibni
Hisyam. Juga kepada Syaikh Mustafa al-’Afifi, dengan mengkaji kitab Syarh
Jam’il Jawami’ lil Mahalli dan Mughni al-Labib. Sahih al-Bukhari kepada Sayid
Husein bin Sayid Muhammad al-Habsyi. Sunan Abi Daud, Sunan Tirmizi dan Sunan
Nasai kepada Syeikh Muhammad Sa’id Ba Bashail. Syarh `Uqud al- Juman, dan
sebagian kitab asy-Syifa’ lil Qadhi al-’Iyadh kepada Sayid Ahmad az-Zawawi.
Syarh Ibni al-Qashih, Syarh ad-Durrah al-Mudhi-ah, Syarh Thaibah an-Nasyr fi
al-Qiraat al-’Asyar, ar-Raudh an-Nadhir lil Mutawalli, Syarh ar-Ra-iyah, Ithaf
al-Basyar fi al-Qiraat al-Arba’ah al-’Asyar, dan Tafsir al-Baidhawi bi
Hasyiyatihi kepada Syeikh Muhammad asy-Syarbaini ad-Dimyathi. Dalail
al-Khairat, al-Ahzab, al-Burdah, al-Awwaliyat al-’Ajluni dan Muwaththa’ Imam
Malik kepada Sayid Muhammad Amin bin Ahmad Ridhwan al-Madani serta
ulama’-ulama’ terkemuka lainnya, seperti Syeikh Ahmad al-Fathani dan Syaikh
Nawawi Banten, salah satu ulama Indonesia yang juga bermukim di Mekah.
Sedangkan guru utama beliau yang paling banyak mengajarnya pelbagai ilmu secara
keseluruhannya ialah Sayid Abi Bakr bin Sayid Muhammad asy-Syatha, pengarang
kitab I’anatut Talibin, syarah Fathul Mu’in.
Konon katanya, salah seorang Ulama Patani, Syaikh
Ahmad Al-Fathani memiliki hubungan yang erat dengan dengan Sayid Abi Bakr
asy-Syatha, bahkan diceritakan bahwa salah satu karangan Sayid Abi Bakr
asy-Syatha yang berjudul I’anatut Thalibin Syarh Fat-hil Mu’in sebelum dicetak
terlebih dahulu ditashih dan ditahqiq oleh Syeikh Ahmad al-Fathani atas
perintah Sayid Abi Bakr asy-Syatha sendiri dan Syeikh Muhammad bin Sulaiman
Hasbullah al-Makki. Dan diceritakan pula bahwa yang pertama kali mengajar kitab
I’anatut Thalibin di dalam Masjid al-Haram ialah Syeikh Ahmad al-Fathani, semua
murid Sayid Abi Bakr asy-Syatha pada zaman itu termasuk Syeikh Muhammad Mahfuz
Termas hadir dalam halaqah atau majlis pengajian Syeikh Ahmad al-Fathani itu.
Dalam kaitannya dengan penimbaan ilmu, Syaikh
Mahfudz memiliki karya khusus yang mencatat semua sanad dari setiap ilmu yang
beliau pelajari, beliau kumpulkan dalam karyanya yang berjudul Kifayatul
Mustafid.
Dalam pengembaraannya di Mekah, beliau semasa dan
seperguruan dengan Syeikh Wan Daud bin Mustafa al-Fathani (1283 H/1866 M - 1355
H/1936 M), Mufti Pulau Pinang Haji Abdullah Fahim serta ulama’ lainnya.
Mahfudz tidak kembali ke Nusantara, memilih
berkarier di Makkah, tempat dia menjadi guru yang ulung. Sewaktu Abdullah wafat
pada tahun 1894, adiknya, Dimyati, yang menjadi kiai di Tremas. Anak-anak
Abdullah lainnya adalah Kiai Haji Dahlan yang juga pernah belajar di Makkah.
Sekembali dari Tanah Suci dia diambil menantu oleh Kiai Shaleh Darat Semarang;
Kiai Haji Muhammad Bakri yang ahli qira’ah, dan Kiai Haji Abdur Razaq, ahli
thariqah dan mursyid yang punya murid di mana-mana.
Kiai Dimyati memang punya andil besar dalam
memajukan pesantren Tremas. Tapi, berkat reputasi Mahfudz-lah Tremas menjadi
dikenal lebih luas, meskipun, itu tadi, beliau tidak pernah mengajar di sana.
Di antara murid-muridnya yang berasal dari Indonesia adalah Kiai Haji Hasyim
Asy’ari, Kiai Haji Bishri Syansuri dan Kiai Abdul Wahhab Hasbullah, yang kelak
mendirikan Nahdhatul Ulama di tahun 1926. Kita ketahui, ketiga kiai ini
merupakan murid Syekh Mahfud yang paling terkenal dan diakui berkat kegiatan
politik mereka di Tanah Air.
Dia juga mengajar sejumlah murid, dan beberapa di
antaranya menjadi ulama yang berpengaruh, sebut misalnya Ali al-Banjari,
penduduk Makkah asal Kalimantan Selatan), Muhammad Baqir al-Jugjawi, wong Yogya
yang juga bermukim di Makkah, Kiai Haji Muhammad Ma`shum al-Lasami, pendiri
pesantren Lasem, Jawa Tengah, Abdul Muhit dari Panji Sidarjo, pesantren penting
lainnya dekat near Surabaya. Memang banyak di antara murid Syekh Mahfudz yang
mendirikan pesantren. Kiai Hasyim sendiri adalah pendiri Pesantren Tebuireng,
dan kiai pertama yang menjarkan kumpulan hadis Bukhari. Sedangkan Kiai Bishri,
menantunya, pendiri pesantren Tambakberas, yang juga pernah menjadi rais ‘aam
PB NU. Kedua kiai besar ini, kita ketahui, adalah engkongnya Abdurrahman Wahid,
mantan presiden kita itu.
Penulis
Produktif
Muhammad At-Tarmasi boleh dibilang penulis
produktif. Dia mengarang sejumlah kitab tentang berbagai disiplin keislaman,
seluruhnya ditulis dalam bahasa Arab. Sayang, banyak karyanya yang belum sempat
dicetak, dan beberapa di antaranya bahkan dinyatakan hilang.
Dalam menulis, konon Syekh Mahfudz ibarat sungai
yang airnya terus mengalir tanpa henti. Gua Hira menjadi tempatnya mencari
inspirasi. Dia biasa menghabiskan waktunya di gua tempat Nabi menerima
wahyu-Nya yang pertama itu. Kecepatan Mahfudz dalam menulis kitab, juga boleh
dibilang istimewa. Khabarnya, kitab ”Manhaj Dhawi al-Nazhar” beliau selesaikan
dalam 4 bulan 14 hari. Mahfudz mengatakan bahwa kitab ini ditulis ketika berada
di Mina dan Arafat.
Syeikh Muhammad Mahfuz Termas termasuk salah seorang
ulama nusantara yang banyak menghasilkan karangan dalam bahasa Arab seperti
halnya ulama’-ulama nusantara lainnya yang bermukim di Mekah, seperti Syeikh
Nawawi al-Bantani, Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau dan Syeikh Abdul Hamid
Kudus.
Diantara
karangan-karang beliau adalah :
1. As-Siqayatul Mardhiyah fi Asamil Kutubil Fiqhiyah
li Ashabinas Syafi’iyah, Selesai penulisan pada hari Jum’at, Sya’ban 1313 H.
Dicetak oleh Mathba’ah at-Taraqqil Majidiyah al-’Utsmaniyah, Mekah (tanpa
tahun).
2. Muhibah zil Fadhli `ala Syarh al-’Allamah Ibnu
Hajar Muqaddimah Ba Fadhal, Kitab fiqh empat jilid ini merupakan syarah atau
komentar atas karya Abdullah Ba Fadhl ”Al-Muqaddimah Al-Hadhramiyyah”. Kitab
ini boleh dibilang jarang diajarkan di pesantren, lebih banyak digunakan oleh
kiai senior sebagai rujukan dan sering dikutip sebagai salah satu sumber yang
otoritatif dalam penyusunan fatwa oleh para ulama di Jawa.
Kitab ini terdiri dari empat jilid. Jilid pertama
diselesaikan pada 25 Safar 1315 H,. Jilid kedua diselesaikan pada hari Jum’at,
27 Rabiulakhir 1316 H. Jilid ketiga diselesaikan pada malam Ahad, 7 Rejab 1317
H. Jilid keempat, diselesaikan pada malam Rabu, 19 Jamadilakhir 1319 H. Dicetak
oleh Mathba’ah al-’Amirah asy-Syarfiyah, Mesir, 1326 H.
3. Kifayatul Mustafid lima ala minal Asanid,
diselesaikan pada hari Selasa, 19 Safar 1320 H. Kandungannya membicarakan
pelbagai sanad keilmuan Muhammad Mahfuz bin Abdullah at-Tarmasi/at-Tirmisi.
Dicetak oleh Mathba’ah al-Masyhad al-Husaini, No. 18 Syari’ al-Masyhad
al-Husaini, Mesir (tanpa tahun). Kitab ini ditashhih dan ditahqiq oleh Syeikh
Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki, al-Mudarris Daril `Ulumid Diniyah,
Mekah
4. Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati `Ilmil
Atsar, diselesaikan pada tahun 1329 H/1911 M. Kandungannya membicarakan Ilmu
Mushthalah Hadits merupakan Syarh Manzhumah `Ilmil Atsar karangan Imam
Jalaluddin as-Suyuthi. Kitab ini merupakan bukti bahwa ulama nusantara mampu
menulis ilmu hadis yang demikian tinggi nilainya. Kitab ini menjadi rujukan
para ulama di belahan duni terutama ulama-ulama hadis. Dicetak oleh Mathba’ah
Mushthafa al-Baby al-Halaby wa Auladuhu, Mesir, 1352 H/1934 M. Cetakan dibiayai
oleh Syeikh Salim bin Sa’ad bin Nabhan wa Akhihi Ahmad, pemilik Al-Maktabah
An-Nabhaniyah Al-Kubra, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
5. Dua kitabnya di bidang ushul adalah ”Nailul
Ma’mul”, syarah atas karya Zakariyya Anshari ”Lubb Al-Ushul” dan syarahnya
”Ghayat al-wushul”, dan ”Is’af al Muthali”, syarah atas berbagai versi karya
Subki ”Jam’ al-Jawami’. Sebuah kitab lainnya mengenai fiqh yaitu ”Takmilat
al-Minhaj al-Qawim”, berupa catatan tambahan atas karya Ibn Hajar al-Haitami “Al-Minhaj
al-Qawim”.
6. Al-Khil’atul Fikriyah fi Syarhil Minhatil
Khairiyah, belum diketahui tarikh penulisan. Kandungannya juga membicarakan
hadits merupakan Syarh Hadits Arba’in.
7. Al- Badrul Munir fi Qira-ati Ibni Katsir.
8. Tanwirus Shadr fi Qira-ati Ibni Amr
9. Insyirahul Fawaid fi Qira-ati Hamzah
10. Ta’mimul Manafi’ fi Qira-ati Nafi’.
11. Al-Fuad fi Qiraat al Imam Hamzah
12. Tamim al Manafi fi Qiraat al-Imam Nafi’,
13. Aniyah ath Thalabah bi Syarah Nadzam ath
Tayyibah fi Qiraat al Asy’ariyah
14. As-Saqayah al-Mardhiyyah fi Asma’i Kutub
Ashhabina al- Syafiiyah, kajian atas karya-karya fiqih mazhab Syafi’i dan
riwayat para pengarangnya.
15. Al-Fawaidut Tarmasiyah fi Asamil Qira-ati
`Asyariyah, Syeikh Yasin Padang menyebut bahawa kitab ini pernah diterbitkan
oleh Mathba’ah al-Majidiyah, Mekah, tahun 1330 H.
16. Is’aful Mathali’ Syarhul Badril Lami’.
17. Al-Minhah al-Khairiyya
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa karangan Syaikh
Mahfudz mencapai lebih 20 karangan. Mengingat karyanya yang berbagai-bagai itu,
tidak berlebihan kiranya jika Syeikh Yasin Al-Padani, ulama Makkah asal Padang,
Sumatra Barat, yang berpengaruh pada tahun 1970-an, menjuluki Mahfudz
At-Tarmasi: al-alamah, al-muhadits, a- musnid, al- faqih, al- ushuli dan al-
muqri.
Yang menarik, kitab-kitab karangan Syeikh Mahfudz
tidak hanya dipergunakan oleh hampir semua pondok pesantren di Indonesia, tapi
konon banyak pula yang dipakai sebagai literatur wajib pada beberapa perguruan
tinggi di Timur Tengah, seperti di Marokko, Arab Saudi, Iraq dan negara-negara
lainnya. Bahkan sampai sekarang di antara kitab-kitabnya masih ada yang dipakai
dalam pengajian di Masjidil Haram.
Muhammad Mahfudz At-Tarmasi wafat pada hari Rabu
bulan Rajab tahun 1338 Hijrah bertepatan dengan tahun 1920 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar